Setelah
Nantinjo tenang bersama ibunya disisi Yang Kuasa, pada suatu hari
ibunya meminta Nantinjo untuk turun kebumi untuk melihat keturunan
ibunya. Itulah pertama sekali Nantinjo menumpang ke tubuh orang
(marhuta hula) di desa sagala. Pada saat itu ada seorang ibu, istri
dari marga sagala sedang pendarahan dan Nantinjo menumpang ke tubuh
orang yang kurang waras.
Nantinjo meminta air untuk menyembuhkan si ibu namun
orang-orang yang ada dirumah itu berserta keluarga si ibu tersebut
mengatakan bagaimana kamu bisa membantu, kamu saja kurang waras, namun
Nantinjo tetap meminta air, akhirnya mereka memberikan air yang diminta
Nantinjo dan dia mengobati si ibu.
Betapa herannya orang yang ada dirumah itu karena si
ibu dapat sembuh. Akhirnya mereka bertanya “siapa kamu sebenarnya, lalu
Nantinjo menjawab: saya adalah namboru kalian Nantinjo” mereka menjawab
Nantinjokan sudah tenggelam, tetapi Nantinjo menjawab bahwa Rohnyalah
yang menumpang pada orang yang kurang waras tersebut serta mengatakan
“Jikalau kalian butuh bantuan panggillah namaku, terlebih kalau di danau
toba. Natinjo juga berpesan kepada mereka, kalau telur ayam kalian
mengecil jangan kalian takut sebab akulah yang meminta, kalau padimu
tertinggal disawah dan tidak dapat kamu panen akulah yang memintanya.
Kemudian Nantinjo kembali lagi kesisi ibunya.
Melihat keturunannya (pomparan) semakin berantakan
serta sering memanggil-manggil nama putrinya Akhirnya Ibunya Sibaso
Bolon meminta Nantinjo kembali ke dunia untuk membantu keturunannya dan
mengupayakan untuk mempersatukan kembali keturunan ibunya.
Sekarang Nantinjo dapat kita temui melalui nai Hotni
yang ada di Cianjur untuk meminta pertolongan ataupun menggali sejarah
Pomparan Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon. Sebelumnya nai Hotni juga tidak
mengetahui kalau dirinya telah dipilih Nantinjo sebagai hasorangan (yang
menggendong Nantinjo). Memang semenjak kecil telah terjadi keanehan
yang selalu dibuat nai Hotni melalui Nantinjo. Pada usia empat tahun nai
Hotni telah menyembuhkan seorang gadis yang sakit parah bahkan sudah
divonis dokter tidak panjang umur. Saat ini gadis yang divonis harus
meninggal itu masihlah hidup dan umurnya kira-kira 60 tahun kurang
lebih. Dan gadis itu berada di daerah sidikalang, tepatnya di sumbul.
Dan yang lebih aneh jikalau nai Hotni marah ataupun sedang kesal diwaktu
kecil cukup diberikan sebuah jeruk purut, maka amarah dan kesalnya akan
hilang, tidak seperti kebiasaan anak lainnya yang dapat dibujuk dengan
permen atau mainan.
Nai Hotni adalah hasorangan namboru Nantinjo yang ke
Lima. Yang pertama gadis yang kurang waras di desa sagala meskipun hanya
sekejap,yang kedua sampai ke empat namboru memilih dari boru Limbong,
boru sagala dan boru malau. Sebelum nai Hotni resmi menjadi hasorangan
Nantinjo kehidupannya sangat menderita. Kalau kita mendengar ceritanya
hampir mirip dengan penderitaan Nantinjo, semenjak merantau tahun 1994
ke pulau Jawa, tepatnya Jawa Barat kehidupan keluarga nai Hotni sangat
menderita. Adapun tujuan mereka merantau untuk merubah nasib namun
ternyata justru penderitaan yang datang silih berganti.
Pada saat itu nai Hotni dengan suaminya hidup dari
berdagang. Agar dagangannya laris mereka mencoba meminta bantuan kepada
orang pintar (Dukun), orang pintar tersebut mengatakan bahwa nai Hotni
tidak perlu minta bantuan karena ada yang mengikutinya, nai Hotni pun
menoleh dan menjawab tidak ada yang mengikuti saya! Sang dukun
mengatakan bahwa dia diikuti wanita yang berjubah putih. Semakin
penasaran nai Hotni lalu bertanya siapa? Namborumu jawab dukun itu, wong
namboru saya masih hidup jawab Nai Hotni sang dukun tersebut menjawab,
yang diatas, karena bingung Nai Hotnipun akhirnya pulang.
Suatu ketika, si Hotni demam lalu nai Hotni membawa
anaknya ke dukun untuk minta diobati namun sang dukun tidak mau
memberikan dengan alasan tidak mampu mengobati karena dihalang-halangi
wanita berjubah putih. Sang dukun mengatakan hanya pakai air liur ibu
saja anak ibu sehat, karena bingung dan bercampur kesal ia pun pun
pulang kerumah. Sesampai dirumah sambil tiduran menjaga si Hotni, dia
teringat apa yang dikatakan dukun tadi, lalu Nai Hotni mengusapkan
liurnya kedahi putrinya, setelah diusapkan ternyata panas si Hotni
benar-benar hilang.
Akhir tahun 1995 nai Hotni jatuh sakit, dokter sudah
menyatakan tidak sanggup untuk menyembuhkan nai Hotni, suaminya sangat
bingung mau dibawa kemana istri tercintanya? dibawa berobat sementara
penghasilanpun sudah tidak ada, disaat sang suami sudah pasrah datanglah
seorang ibu menganjurkan agar nai Hotni mengurus namboru yang selalu
mengikutinya. Ibu itu juga mengatakan ia hanya dapat memberikan jeruk
purut (anggir) ini untuk diminum. nai Hotnipun meminum jeruk purut
tersebut dan kesehatannya pun mulai membaik.
Kemudian sang suami memutuskan untuk mengadakan
gondang (gendang) dikampung, namun tidak mungkin dilakukan karena pada
saat itu karena nai Hotni sedang hamil tua. Karena tidak jadi mengadakan
gondang, kehidupan nai Hotni semakin runyam dan tersiksa. Akibat rasa
sakit yang tidak tertahankan lagi akhirnya ama nihotni pun memutuskan
untuk segera mengadakan gondang tahun 1997 di kampung. Setelah
mengadakan gondang barulah datang Namboru Paraek Bunga-bunga setelah itu
baru Namboru Nantinjo datang ke nai Hotni.
Memanggil namboru Nantinjo harus terlebih dahulu
memanggil Namboru Paraek Bunga-bunga sebab kesucian Namboru Nantinjo
lebih tinggi, tidak boleh Nai Hotni langsung memanggil Namboru Nantinjo.
Inilah satu pertanda dimana namboru Nantinjo yang sebenarnya.
Pada tahun 1999 Namboru Nantinjo mengadakan gondang
di Buhit pulau Samosir. Pada saat itu sesepuh dari marga Limbong tidak
memberikan ijin dikarenakan tidak pernah ada yang dapat mengadakan
gondang ditempat itu katanya! Lalu namboru menjawab, kenapa kamu
melarang sayamembuat gondang di kampung saya sendiri? kalau yang lain
bisa kamu larang, tetapi saya tidak boleh kamu larang! Akhirnya sesepuh
limbong tidak dapatberbuat apa-apa gondang pun dilaksanakan. Gondang
tersebut berjalan dengan lancar dan sejak saat itulah orang-orang yang
membawakan nama Namboru Nantinjo mengadakan acara gondang dibuhit.
Satu tahun kemudian Namboru Nantinjo mengadakan
gondang di Simanindo tepatnya tanggal 9 Juni 2000, untuk Patappehon
Oppung Silau Raja kepada hasorangannya Nai Dianto boru Sidauruk Istri
dare Ama Dianto Malau yang sekaligus menjaga Bulu Turak Namboru
Nantinjo. Melalui hasorangan namboru Nantinjo nai Hotni boru sagala,
acara patappehon oppung Silau Raja berjalan dengan lancar.