TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI
Masyarakat Batak Toba menari tor-tor saat melakukan unjuk rasa
di kantor Konjen Malaysia di Medan, Rabu (20/6/2012). Mereka mengecam
keras pihak Malaysia yang mengklaim tarian tor-tor dan alat musik
gondang sembilan.
Aksi yang berlangsung hampir sejam itu dimulai sekitar pukul 13.30 WIB. Unjuk rasa diawali dengan orasi dari perwakilan mahasiswa. Selain meminta Pemerintah Malaysia tak asal klaim warisan budaya, mahasiswa juga menuntut pemerintah untuk lebih serius melindungi budaya Nusantara.
"Kita menuntut pemerintah serius untuk masalah budaya yang diklaim Malaysia, terutama Tarian Tor-tor yang jelas milik Suku Batak Sumatera Utara," ujar Eko Saputra salah satu perwakilan dari Mahasiswa.
"Jika tidak ada tindakan, kita akan kumpulkan seluruh Mahasiswa asal Batak untuk menggelar aksi lebih besar," sambung Eko.
Tak hanya berorasi, dalam aksi tersebut, puluhan mahasiswa juga membawakan Tarian Tor-tor lengkap dengan asesorisnya, yakni kain Ulos sebagai pakaian adatnya. Usai menari dengan gembira, kelompok mahasiswa itu melempari Kedutaan besar Malaysia dengan telor busuk dan air got.
Kemacetan panjang terjadi di Jalan Rasuna Said sepanjang aksi berlangsung. Pasalnya, aksi yang dilakukan mahasiswa menyita sebagian ruas jalan arah Menteng, Jakarta Pusat. Polisi yang hadir di sekitar lokasi unjuk rasa lebih terkonsentrasi untuk menghindari terjadinya aksi anarkis. Sementara itu, pihak aparat Lalu Lintas terfokus mengarahkan lalu lintas yang tersendat-sendat.
Demonstrasi baru berakhir sekitar pukul 14.15 WIB. Para pengunjuk rasa dengan tertib berjalan menuju bus yang ditumpangi untuk mengantar mereka kembali ke titik kumpul.